Laman

November 15, 2012

cerpen or fanfiction?


Bayangan sosok itu terus memenuhi pikiran perempuan berambut lurus dengan manik mata cokelat itu tak wajar. Sekelebat pembicaraan orang-orang yang tak ingin didengarnya bermunculan, mengganggu setiap aktivitasnya siang itu. Bagi dirinya, tak lama lagi dia akan stres berkepanjangan dengan situasi menyebalkan ini.

“aaaaah... bagaimana bisa semua ini terjadi” kesal krystal

dia tak pernah menyangka kejadian yang dilakukannya dengan tak sengaja bisa menghilangkan nyawa seseorang.

“ibu aku tak sengaja. Maafkan semua kesalahan Krystal bu....hiks hiks” ujarnya mulai menitikkan air mata

Seharian ini Krystal terus berkutat dengan buku harian miliknya. Kakaknya, Jessica yang sedari tadi membujuk Krystal untuk mulai bangkit lagi, sama sekali tak dihiraukan. Jangankan menyuruh untuk makan, menoleh dan membalas pembicaraan Jessica pun tak dilakukan Krystal sama sekali. Dia hanya duduk di ranjang sambil menulis buku harian menghadap ke dinding kamarnya. Tak ada niat bagi Krystal untuk membahas masalah ini dengan kakak tiri yang sudah dianggapnya kakak sendiri itu.

   --0--

“Krystal, Jessica kalian dimana... ayah membawa makanan kesukaan kalian” kata ayah bermarga Jung dengan lantang. Malam itu, Pak Jung sengaja membeli jjajangmyun di dekat sungai Han berniat menyenangkan hati anak-anak yang disayanginya itu. Ternyata sedari tadi Jessica tak sekalipun memulai obrolan setelah dia membujuk Krystal dengan upaya menyodokkan sesuap makanan ke mulut Krystal namun semua nihil. Perempuan yang sama-sama dianugerahi wajah dengan guratan alis yang sempurna itu mematung di kamar Krystal seperti menunggu kepastian yang tak berujung hingga ayah mereka datang dan menyadarkan putri-putri tercintanya dari semua emosi jiwa yang merasuki tubuh putri-putrinya itu.

Pak Jung prihatin memandang guratan kesedihan dan kekecewaan yang tercetak jelas diwajah cantik kedua putrinya. Pak Jung juga tak kalah sedih dan kehilangan dibanding mereka. Pak Jung belum sempat memenuhi permintaan istri tercintanya untuk berlibur menghabiskan waktu di Pulau Jeju dengan keluarga mereka. Namun dia harus terlihat kuat didepan putrinya, biarlah rasa itu bersembunyi di tempat yang paling dalam di lubuk hatinya.

“selamat jalan istriku tercinta, aku akan terus menjaga anak-anak kita kelak hingga mereka dipertemukan dengan jodoh. Ingat kau selalu ada di hatiku, aku mencintaimu” gumam Pak Jung, terlihat ia berkaca-kaca dan langsung menyeka bendungan air mata itu sebelum terus menerus mengalir.

Krystal menoleh menengok ayah dan kakaknya, dia ingin memeluk sosok-sosok tegar penyemangat dalam hidupnya namun rasa bersalah yang amat besar yang terus mengganjal hatinya menjadikannya mengurungkan niat itu dan lebih memilih untuk berdiam diri menghadap ke dinding kamarnya lagi sambil terisak. Krystal sedikit lega dengan menghadap ke dinding yang bernuansa putih itu, dia bisa menata hati dan pikiran yang sangat membuatnya terpuruk saat ini.

Pak Jung menghampiri sosok yang dianggapnya bak malaikat-malaikat itu, membisikkan sesuatu ke mereka dan mendapat respon positif dari malaikat-malaikat kecil itu. Inilah kepastian yang diinginkan Pak Jung, Krystal Jung, juga Jessica Jung. Telah datang secercah harapan yang sedikit demi sedikit dapat merubah ekspresi wajah sedih dan pucat mereka. Menata kembali hati dan pikiran yang sedang gundah dan kecewa dirundung masalah yang amat berat bagi mereka.

--------flashback--------

“Krystal, ayo cepat jalannya nanti kita terkena amukan masa tawuran ini” teriak Sehun sahabat karib Krystal dari kecil. Teman Krystal lainnya, Yesung, Kikwang, Victoria dan Suzy pun menyahut “cepat Krystal!!!”

“kakiku pegal sekali aku pun dehidrasi, jangan berlari terlalu cepat...” pinta Krystal dengan wajah memelas namun dia cukup jauh tertinggal dibelakang dari gerombolan teman-temannya. Krystal dengan badan lemas pun tak bisa berlari secepat teman-temannya.

“woi jangan lari! Cepat tangkap orang-orang tawuran ini!!!” tegas Pak Polisi dengan berlari mengkomando bawahannya

                                                                                   --0--

“Pak kami tidak ikut tawuran, kami hanya lewat dan terjebak ditengah-tengah mereka. Tolong percayalah pada kami Pak” ujar Kikwang dan segera dibenarkan teman-temannya.

“Maaf nak, kalian tetap harus kami tangkap. Kalian terlihat seperti mahasiswa yang tawuran tadi. Kalian tahu kan kalau tidak boleh ada tawuran, itu perbuatan yang tidak bermoral. Seperti anak kecil saja tidak bisa membedakan mana yang benar dan yang salah” cercah Pak Polisi tak kalah dengan Kikwang

“Tapi Pak, kami hanya lewat sana dan tiba-tiba kami seperti ditarik-tarik dan ikut orang-orang tawuran itu Pak. Kami memang mahasiswa sana tapi kita tak pernah punya niatan tawuran dengan mahasiswa lain seperti mereka. Dan kami cukup tahu diri Pak!” Jelas Kikwang dengan emosi yang membara

“Sudah cukup dengan penjelasan kalian, sekarang kami minta nomer telepon orang tua kalian masing-masing. Biar mereka tahu bagaimana kelakuan kalian” kata Pak Polisi yang disebelah dengan sinis

                                                                                --0--

Kring.... kring... kring...

“Ibu tolong angkat teleponnya, Jessica lagi sibuk bu” kata Jessica keras dari dalam kamarnya

“Biar ibu saja yang mengangkatnya” sambung ibu

“Halo disini kediaman keluarga Jung, ada yang bisa saya bantu?” jawab Ibu Jung dengan sopan

“Halo selamat siang keluarga Jung, kami dari pihak kepolisian dengan sangat memohon Ibu untuk datang ke Kantor kami dengan segera. Anak ibu, ananda Krystal terjaring razia saat mengikuti tawuran dengan teman-temannya. Kami mohon kehadiran Ibu terima kasih” Jelas Pak Polisi dengan bijak

“APA??? anakku... oh Krystal...” seketika itu Ibu Jung pingsan dan tergeletak di lantai rumah. Mendengar ibunya menjerit, Jessica yang sedang berkutat dengan tugas-tugasnya segera berlari menghampiri Ibunya takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Begitu melihat keadaan Ibunya yang tergeletak dilantai, dengan tanggap Jessica memanggil ambulance dan menelepon ayahnya yang berada di kantor. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Jessica tak henti-hentinya menangis dan berdoa agar Ibunya bisa diselamatkan.

                                                          --0--

Rumah Sakit TaemiNou

12.00 WIB

Seseorang yang sedari tadi mondar-mandir di depan pintu bernomer 14 mawar tak henti-hentinya berdoa dan menunjukkan muka sedihnya.

“ayah, duduklah disampingku jangan mondar-mandir seperti itu terus” panggil Jessica. Ya dia memanggil ayahnya yang tak kunjung menghiraukannya. Digenggamnya tangan dingin ayahnya sambil menatap mata sayu berwarna cokelat bening itu. Jessica tak tega melihat keadaan orang yang telah berbaik hati mengangkatnya dari rumah bibinya yang kejam itu. Pak Jung terus bergumam tak jelas, yang paling jelas yang dapat ditangkap oleh indra pendengaran Jessica hanya nama istrinya. Dengan keadaan serba acak-acakan, Pak Jung malah mondar-mandir tak mau duduk di kursi kosong sebelah Jessica. Jessica hanya bisa meratapi nasibnya kini, dia berdoa terus dan terus meminta kepada Tuhan semoga Ibu Jung tidak kenapa-kenapa dan segera pulih supaya bisa berkumpul bersama keluarganya lagi.

                                                                                --0--

Tiga puluh menit telah berlalu, akhirnya... cklek

“Dok, bagaimana keadaan istri saya apakah dia baik-baik saja dok, katakan iya dok, katakan!” sergah Pak Jung cepat

“maafkan kami pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan nyawa istri bapak, namun semuanya kembali kepada Tuhan. Istri anda ti....” jelas dokter yang langsung disela oleh Pak Jung “STOP! Saya tidak kuat mendengarnya” sahut Pak Jung dengan kemarahan dan air mata yang terus menetes tak terkontrol. Jessica yang mendengar kabar duka ini segera menelefon Krystal.

Semenjak kejadian yang tak sengaja dilakukan Krystal, sosok yang sangat disayanginya tak tertolong nyawanya akibat shock mendengar kabar yang mengejutkan yaitu Krystal diringkus polisi karena tawuran padahal Ibu Jung dilarang keras mendengar sesuatu yang membuatnya kaget apalagi hingga jatuh pingsan. Karena memang Ibu Jung sudah lama menderita penyakit jantung dan keluarga harus menjaga kesehatan Ibu Jung baik-baik. Dokter yang menanganinya pun tak dapat menyelamatkan nyawa Ibu Jung. Tetangga-tetangga sekitar rumah Keluarga Jung ramai membicarakan berita ini dan selalu di setiap gunjingan-gunjingan itu nama Krystal yang disebut-sebut sebagai penyebab kematian Ibu Jung. Dan Krystal hampir putus asa dibuatnya.


-------flashback end-------

Seberkas sinar menembus jendela di sela-sela tirai yang menutupi kamar Jessica dan Krystal. Kedua perempuan berparas cantik itu bangun dengan malasnya karena hangatnya sinar mentari menyapa kulit mereka. Kini kehidupan Keluarga Jung mulai berangsur-angsur membaik. Setelah Pak Jung membisikkan kata-kata di dalam kamar Jessica dan Krystal beberapa hari yang lalu, keadaan psikis dan fisik anak-anaknya semakin hari terlihat berkembang ke kondisi nomral seperti sedia kala seperti yang diinginkannya. “Besok kita ke makam Ibu kalian dan meninggalkan kota ini” Ternyata sepotong kata-kata inilah yang membuat mereka bangit dari keterpurukan.

                                                                                  --0--

Pekerjaan Ibu Jung sebagai aktivis pembela Hak Asasi Manusia sekarang digantikan oleh Krystal sedang Jessica membantu Pak Jung mengurusi komunitas pecinta seni Tanah Air yang dulunya dikelola Ibu Jung. Setiap harinya Krystal selalu membantu orang-orang yang hak asasinya dilanggar orang lain. Berbeda dengan Jessica yang selalu mengadakan pertemuan dan kunjungan ke kota-kota yang memiliki hasil karya seni asli milik kota tersebut. Banyak hal baru yang didapat Jessica dan Krystal dari pekerjaan baru mereka yang tentunya membuat mereka semakin hari semakin mencintai pekerjaan baru mereka ini. Sekarang Keluarga Jung berserah diri kepada negera, apapun yang dilakukan keluarga ini hanya untuk membantu para penghuni negara ini mendapat perlakuan yang adil dan sama agar tidak menimbulkan kesenjangan.

Seratus hari setelah peristiwa meninggalnya Ibu Jung, keluarga Jung mengadakan syukuran atas meninggalnya salah seorang keluarga mereka. Ketika mengunjungi makam Ibu Jung, Krystal menyerahkan buku harian miliknya yang rutin diisinya sejak berada di bangku sekolah itu tepat dibawah pusara Ibu Jung. Dia mulai bercerita tentang segala hal yang terjadi kepadanya dan keluarganya dengan berjongkok di depan makam orang yang amat disayanginya hingga hujan turun berhasil meninggalkan jejak-jejak air mata yang membasahi pipi Krystal. Hujan deras yang menyelimuti daerah makam Ibu Jung tak sedikit pun membuat Krystal berpikiran untuk meninggalkan tempat yang sekarang ditinggali ibunya itu. Namun dia takut kakak dan ayahnya khawatir dengan keadaannya saat ini. Terakhir sebelum dia meninggalkan tempat itu, dia berjanji dengan menghadap makam ibunya kalau dia akan bisa menjadi Jung Junior yang bisa berguna bagi orang lain.

Nama Krystal semakin hari semakin dikenal banyak orang akan kepintaran, kebaikan dan kepiawaiannya dalam membantu orang-orang yang butuh bantuan kepadanya mengenai masalah hak asasi yang menimpa mereka.
“Terima kasih ibu engkau telah mengajarkanku menjadi seorang yang berguna bagi negara ini, terima kasih telah menjadikanku mencintai negara ini dengan sepenuh hati, terima kasih telah menjadikanku orang yang tahu akan peliknya masalah orang-orang untuk negara ini, terima kasih telah menjagaku selama ini, terima kasih telah menjaga keluarga kecil Jung dengan sangat baik, terima kasih telah menjadi sosok ibu yang sangat sempurna dimata anak-anakmu dan terima kasih telah menyayangiku, kakak dan ayah dengan tulus. Bahagialah disana bu, Aku selalu merindukanmu. I LOVE YOU” ujar Krystal dengan tulus dalam hati sambil mendekap foto ibunya.



THE END

HUAAAAAAAH fanfiction dan cerpen pertama yang aku buat pake tema. Rada gak nyambung emang kalo temanya "CINTA TANAH AIR" but its okay. Karena ini yang pertama jadi mohon maaf kalo typo dan geje hehe. Semoga kalian senang readers. Please don't copy this!!!! love you @febriafar


-------------------------


1 comment: